BAB I
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
pembelajaran tidak hanya menghafal dan mengingat, tetapi proses yang ditandai
dengan perubahan pada diri peserta didik. Perubahan proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pada perubahan pengetahuan, sikap,
tingkah laku, kecakapan, kemampuan dan daya reaksi. Maka belajar dapat
diartikan sebagai proses yang aktif, dimana dapat mereaksikan terhadap semua
situasi yang ada pada perserta didik.
Belajar
merupakan suatu proses yang terjadi pada manusia dengan cara, merasa, dan dapat
memahami yang diinginkan untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan dan
teknologi, sehingga belajar dapat diartikan sebagai pembaharuan menuju
pengembangan diri individu agar kehidupan lebih baik dari yang sebelumnya.
Dalam
suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh banyak teori-teori salah satunya
adalah Teori Humanistik, dimana teori ini menekankan pada sikap saling
memberikan kesempatan atau kebebasan kepada setiap peserta didik untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksudkan dengan teori belajar humanistik?
2. Siapakah
tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik?
3. Bagaimanakah
prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimanakah
penerapan teori belajar humanistik dalam pembelajaran geografi?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka ditemukan tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui yang dimaksudkan dengan teori belajar humanistik.
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip teori belajar humanistik.
4. Untuk
mengetahui penerapan teori belajar humanistik dalam pembelajaran geografi.
D.
Manfaat
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik.
2. Dapat
menjelaskan siapa saja tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Dapat
menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip teori belajar humanistik.
4. Dapat
penerapan secara langsung teori humanistik dalam pembelajaran geografi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Belajar Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang
muncul tahun 1950an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini
secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari
psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalah
ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental
(1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
Pengertian humanistik yang beragam
membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai
macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai
kata humanistik dalam pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada
beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “some educational
implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk
mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting
dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat
kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif,
misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang
lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami
perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal
lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada
hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba
untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam
spektrum yang luas mengenai perilaku manusia.
Melihat hal-hal yang diusahakankan
oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya
emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang
mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan
emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan
merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan
mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini
sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviorisme yang
melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis manusia atau dengan Freudian yang melihat motivasi sebagai berbagai
macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran
antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah
satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku
manusia. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi
manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi Maslow
menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia lain,
berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi
dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran humanistik, para
pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan
pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa
psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk
berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati
supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu
sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk
belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan.
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti
dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan
humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan
yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang
mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan
atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam
pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik,
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
B.
Tokoh-tokoh
Teori Belajar Humanistik
1. Abraham
Maslow
Abraham Moslow lahir 1 April 1908 – meninggal 8 Juni 1970 pada umur 62 tahun, adalah teoretikus yang banyak memberi
inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal
dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog
humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan
aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi
terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu
yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat,
dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental.
Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru
dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras
dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang
mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman
dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Hirarki Kebutuhan
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk
memvisualisasi gagasannya mengenaiteori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun
hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
Pada tingkat
yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan
udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi)
sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga
kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan
yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan
kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia
tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu
2. Kebutuhan
akan rasa aman
Jenis
kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari
rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka
manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan,
membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama
halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini
terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang
tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan
cenderung ke arah yang makin negatif
3. Kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi
Setelah
kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk
dimiliki dan dicintai. Setiap orang
ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain.
Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh
kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri,
ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang
kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran
yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang
bersangkutan.
4. Kebutuhan
untuk dihargai
Di sisi
lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul
kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan
akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan
akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap
penting dan apresiasi dari orang lain.
5. Kebutuhan
untuk aktualisasi diri
Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun
secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak
terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus
asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri,
kehilangan selera dan sebagainya.
Maslow menyebut empat kebutuhan
mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan
sebutan homeostatis.mudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas
cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa
aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip
tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan
untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini
sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
2. Carl Ransom Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik lainnya,
mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Seperti
halnya Freud, Rogers menjelaskan berdasarkan studi kasus klinis untuk
mengutarakan teorinya. Dia juga mengembangkan gagasan dari Maslow serta ahli
teori lainnya. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting
dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran,
perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
a. Kongruensi dan Inkongruensi.
Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak
tepat secara sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin
memandang dirinya sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali
berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat. Rogers
menggunakan istilah inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu pada
kesenjangan antara konsep diri dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi,
merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara konsep diri dengan realitas.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya
inkongruensi ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada
anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut
berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang
dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih
sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan
kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang
kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah
perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
b.
Dampak dari Inkongruensi
Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika
konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan
tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka masih akan tetap
mampu berpegang pada konsep diri mereka.
Contoh: Erlina Budiarti yakin bahwa dia merupakan orang yang
sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan
biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips
sama sekali saat di restauran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar
pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia
berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan
memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka
dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang
katanya dermawan.
Terapi
berpusat pada orang adalah
bentuk terapi humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers pada
pertengahan abad ke-20.Tujuan
dari terapi ini adalah untuk membantu klien mengenali dan memahami perasaan
sesungguhnya.Asumsi pada terapi ini didasarkan bahwa klien merupakan
ahli yang paling baik tentang dirinya sendiri dan mampu mencari pemecahan atas
permasalahannya sendiri. Tugas terapis adalah
memberikan suasana yang hangat dan mendukung untuk meningkatkan konsep diri klien
serta mendorong klien memperoleh pemahaman terhadap masalah. Cara
untuk mencapai tujuan ini dengan mendengar secara aktif ,
sebuah teknik yang memposisikan terapis sebagai cermin untuk perasaan yang
dialami klien.
3. Arthur Combs

Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta didik dengan
mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin
merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan
peserta didik yang ada.
Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila
materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal maksud dari pelajaran tersebut tidak dapat diterima oleh murid. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan
lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan
kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.
C.
Prinsip-prinsip
Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap
peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan.
Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar
yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri
mereka sebagai manusia.
Keyakinan tersebut telah mengarahkan
munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek
humanistik pembelajaran. (Alwasilah, 1996: 23) Dalam metodologi semacam itu,
pengalaman peserta didik adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian
mereka serta penumbuhan perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran
mereka. Pendekatan humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan
berorientasi pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar
harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan
sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta
didik adalah manusia yang mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun
intelektual. Peserta didik hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses
belajar mengajar. Peserta didik bukan sekedar penerima ilmu yang pasif. (Purwo,
1989: 212).
Beberapa prinsip Teori belajar
Humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila
materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di
dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri
ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat
pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh
jika peserta didik melakukannya
7. Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan
dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta
didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta
didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar
mengenai proses belajar.
Roger sebagai ahli dari teori
belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu:
(1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin
tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi
dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila
bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat
di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara
partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang
belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar
atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan
kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang
lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993: 64).
D.
Penerapan
dan Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
1. Penerapan Teori Humanistik
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai
fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar
dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu,
seperti peserta didik yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta
didik
9.
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :
1. Merespon perasaan
peserta didik
2.
Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan
berdiskusi dengan peserta didik
4. Menghargai peserta
didik
5. Kesesuaian antara
perilaku dan perbuatan
6.
Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari peserta didik)
7.
Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)
Guru-guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah
pewaris kebudayaan, pertanggungan jawaban sosial dan bahan pembelajaran yang
khusus, mereka percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu saja
kepada peserta didik.
2.
Aplikasi Teori Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235).
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada
hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan
belajar yang jelas
2. Mengusahakan
partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik
untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif
sendiri
4. Mendorong peserta didik
untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Peserta didik di dorong
untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa
yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik
apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara
normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara
individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik. (Mulyati, 2005: 182).
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta
didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori
Humanistik adalah teori dalam pembelajaran yang memfokuskan bagaimana
memanusiakan manusia dan peserta didik dan diharapkan mampu mengenbangkan
potensi yang ada pada diri peserta didik. Dalam teori pembelajaran ini
diharapkan peserta didik dapat menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan dapat mengatur pribadinya sendiri tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar autran, norma, disiplin dan
etika yang berlaku.
B. Saran
1.
Kepada Mahasiswa
Diharapkan
dengan adanya makalah ini, perserta didik agar lebih mengasah potensi-potensi
yang dimilikinya dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Kepada Guru
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan guru lebih bisa menghargai gagasan dan pendapat
yang dimiliki oleh peserta didik dan dapat mengevaluasi potensi yang dimiliki
peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas. Halaman ini terakhir diubah pada 06.59, 15 Mei 2014. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_berpusat_pada_orang).
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas. Halaman ini terakhir diubah pada 22.31, 3 April 2013. (http://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik.)
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas. Halaman
ini terakhir diubah pada 11.56, 26 April 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar